Probolinggo, peloporkrimsus.com – Mata Wakil Wali Kota Probolinggo H Moch Soufis Subri mendadak langsung berkaca-kaca. Ia pun menghindari bertatap mata langsung dan memilih sesekali menunduk. Meski begitu, Wawali Subri tetap berinteraksi dengan anak-anak menggunakan bahasa isyarat, Dua jempol Ia angkat menirukan instruksi sang guru.
Sambil terus tersenyum, Wawali Subri menahan air matanya yang hampir tumpah. Ia selesaikan satu per satu memberikan salam kepada anak-anak kelas 9 di SMP Luar Biasa Sinar Harapan yang baru selesai mengerjakan soal ujian, Rabu siang (24/4).
Satu ruang kelas itu ditempati 10 siswa tuna grahita, Satu kelas lainnya untuk 5 siswa tuna rungu di ruangan siswa tersebut, air muka haru begitu kentara di wajah wawali Soufis Subri. Ya, di tengah kesibukannya, Subri berkunjung ke SMPLB yang terletak di Jalan Semeru, Siang itu (24/4) memang sedang berlangsung ujian nasional. Sama seperti sekolah lainnya, SMPLB juga melaksanakan ujian nasional sejak Senin (22/4) hingga Kamis (25/4).
Di hari pertama, mereka menggelar ujian Bahasa Indonesia, Keesokan harinya Matematika, kemudian Bahasa Inggris dan dilanjutkan IPA. Yang berbeda, jika sekolah biasa berbasis komputer, di SMPLB, masih menggunakan kertas. Didampingi Kepala SMPLB Prihatin Purwatiningsih, Wawali Subri bertemu dengan siswa-siswi secara langsung.
“Saya bersyukur bisa terlahir dalam keadaan insyaallah, sempurna. Di satu sisi Saya melihat di Kota Probolinggo anak-anak kami yang punya keterbatasan, tapi punya semangat luar biasa. Tentu ini menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan kita semua. Kita yang sempurna juga harus punya semangat yang tinggi, pesan Subri dengan nada pelan.
“Para guru disini adalah orang-orang yang punya dedikasi luar biasa karena bersedia Mendampingi adik-adik sehingga bisa terlayani dengan baik, sama dengan anak normal lainnya, disinilah kenapa saya merasa terharu sekaligus bangga.
“Hormat saya pada pendidik, guru yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus,” lanjutnya.
Dari pantauannya, Wawali Subri mengaku sangat excited, ada siswa tuna grahita sudah mengejarkan soal ujian yang berbeda sesuai dengan kemampuan mereka. “Ini sulit menurut saya, Karena standarnya berbeda Yang membuat kagum adalah tuna rungu punya IQ normal, tetapi kemampuannya tereliminir karena ketidakberdayaan mereka untuk mendengarkan,” bebernya.
Karena kewenangan sekolah inklusi ada di provinsi, Subri pun akan berupaya membuka komunikasi dari sisi mana yang bisa dibantu oleh Pemerintah Kota Probolinggo.
“Kami kembangkan dan saling mengisi sebatas aturan yang dibenarkan,” imbuh Subri.
Kepala SMPLB Prihatin Purwatiningsih menceritakan, setelah lulus dari SMPLB mereka bisa melanjutkan ke SMALB di Jalan Mawar atau sekolah inklusi di SMK Negeri 3 Jalan Pahlawan. Untuk ke jenjang universitas, anak berkebutuhan khusus pun bisa melanjutkannya seperti di Universitas Brawijaya Malang.
Pasalnya, ada dua siswa SMPLB yang kuliah disana mengambil jurusan seni rupa, Seperti apa cara guru SMPLB menyemangati siswanya agar mau bersekolah? Prihatin bilang, guru harus melakukan pendekatan secara individual dan harus tahu karakter anak.
Sebab masing-masing anak ada hambatan ketunaan yang berbeda-beda. “Kami bimbing anak-anak, diberi perhatian dan kasih sayang yang lebih. Kalau tidak masuk, kami datangi berkali-kali ke rumahnya sampai mau semangat sekolah,” kata Prihatin.
Sekolah ini pun telah mendapatkan sejumlah program kerja sama dengan Pemerintah Kota Probolingo. Di antaranya dari Dinas Perhubungan, bantuan angkutan pelajar yang sudah berjalan 4 tahun ini. Ada 25 siswanya yang ikut angkutan pelajar, mereka mendapat subsidi Rp 30 ribu per anak, sisanya Rp 120 ribu yang membayar orangtua masing-masing.(slm).