Home Berita Ziarah Relegi Masjid Mimbar Keramat Tamiang Kotabaru Kalsel

Ziarah Relegi Masjid Mimbar Keramat Tamiang Kotabaru Kalsel

542
0

Kotabaru,peloporkrimsus.com – Masyarakat umum, terutama bagi kaum Muslim mungkin banyak yang belum mengetahui atau mengenal “Masjid Mimbar Keramat Tamiang” Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Masjid Mimbar Keramat Tamiang Pantai dengan bubungan berkubah lancip itu berada di pedalaman Kotabaru, sekitar 300 kilometer timur laut Banjarmasin berdiri sejak 120 atau 123 tahun lalu, yang oleh sebagian masyarakat Muslim menganggapnya memiliki karamah (keramat).

Perkiraan usia Masjid Mimbar Keramat Tamiang itu dengan melihat petunjuk pada mimbar (tempat khatib berkhotbah) masih ada tulisan “Safar 1327 H” dalam bentuk huruf Arab yang hampir lusuh dimakan waktu.

Sebagai indikator kekaramahan masjid yang ketika itu pembangunnya berada di belantara antara lain terlihat pada mimbar sejak puluhan tahun lalu sudah banyak terdapat kain kuning.

Mereka/peziarah yang meletakan kain kuning atau menganggap tempat itu keramat di antaranya warga “Bumi Sa-ijaan” Kotabaru sendiri seperti dari Pulau Laut yang datang dengan menggunakan angkutan air/sungai.

Oleh karenanya banyak masyarakat, terutama warga “Bumi Sa-ijaan” Kotabaru sendiri yang berziarah, dan di antaranya membawa kain kuning meletakan pada mimbar masjid tersebut.

Bahkan banyak golongan (ukuran satu kayu atau 90 yard = 90 X 90 Cm) kain kuning menumpuk rapi di sudut masjid yang tergolong tua itu, karena tidak memungkinkan/kepenuhan jika meletakan di mimbar.

Peletakan/pemberian kain kuning tersebut sebagai bagian dari nazar yang Allah SWT kabulkan atas doa-doa pengunjung atau peziarah Masjid Mimbar Keramat Tamiang yang berukuran sekitar 10 X 10 meter tersebut.

Desain Masjid Jami’ Tamiang yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) itu dalam bentuk panggung, dan lingkungannya tetap bersih seperti ada yang merawat, padahal tanpa penjaga khusus sebagaimana masjid lain pada umumnya.

Di Masjid Mimbar Keramat Tamiang itu terdapat satu “tajau” (belanga kecil) tempat air wudhu pernah hilang karena tidak ada petugas khusus yang menjaga. Tetapi tajau itu kembali lagi karena yang mencuri gila, sehingga keluarganya mengembalikan buat penyembuhan.

Selain itu, mimbar masjid tersebut tidak bisa dipindahkan dari tempat asal, yaitu pada sekitar dua pertiga (2/3) ruangan arah ke depan atau tempat imam.

Hal lain yang menganehkan, menurut Muhammad Busri alm (zuriat pendiri masjid tersebut) saat dirinya menjadi khatib/khutbah Jum’at, jemaahnya penuh dengan pakaian putih-putih, padahal Masjid Jami’ Tamiang jauh dari pemukiman penduduk.

Untuk menuju Masjid Jami’ Tamiang bisa jalan darat lewat Batulicin (260 kilometer timur Banjarmasin), ibu kota Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Kalsel melalui perkebunan kelapa sawit.

Sementara mereka yang datang dari Pulau Laut (tempat ibu kota Kabupaten Kotabaru – 300 kilometer timur Banjarmasin) bisa menggunakan angkutan air dan langsung turun/naik di sungai samping Masjid Mimbar Keramat Tamiang tersebut.

Sebagai catatan agar masyarakat umum mengetahui, terutama bagi kaum Muslim, desain atau rancang bangun mimbar Masjid Jami’ Tamiang tersebut sama/setidaknya hampir sama dengan mimbar Masjid Su’ada Desa Aluan Mati (d/h Desa Aluan Sumur Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Kedua mimbar Masjid Jami’ Tamiang dan Masjid Su’ada Aluan Mati (sekitar 172 kilometer timur laut Banjarmasin) Kecamatan Batu Benawa HST itu desainnya sama pula dengan mimbar Masjid Al Abrar Titipapan Medan Sumatera Utara (Sumut).

Pasalnya perancang/denianer ketiga mimbar di Masjid Jami’ Tamiang, Su’ada Aluan Mati dan Masjid Al Abrar Titipapan itu dari orang yang sama yaitu almarhum Tuan Guru H Muhammad Basyiri asal Aluan Mati yang meninggal dunia 1939 bermakam di belakang Masjid Al Abrar.(tim)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here