Tanah Bumbu,Peloporkrimsus.com –Pilkada serentak tahun 2018 di Makassar membawa sebuah pelajaran penting dalam dunia politik Indonesia. Masyarakat kota ini dengan tegas lebih memilih “kotak kosong” ketimbang calon tunggal yang diusung oleh partai politik. Keputusan ini bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah pernyataan tegas menolak dominasi dan arogansi kekuasaan.
Di antara 16 daerah yang menghadirkan kotak kosong sebagai alternatif bagi calon tunggal, Makassar menjadi sorotan utama. Di sana, kotak kosong keluar sebagai pemenang, mengalahkan calon yang didukung penuh oleh mesin politik. Fenomena ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga memberikan tamparan keras bagi pihak yang merasa tak terkalahkan—kalah dari sesuatu yang tanpa visi, misi, maupun program apapun.
Kekalahan dari kotak kosong, yang tidak memiliki suara, pikiran, atau pendapat, menjadi simbol perlawanan yang kuat dari warga. Mereka menolak tunduk pada kekuasaan yang angkuh, memilih untuk menyampaikan pesan lewat cara yang tidak biasa. Pilkada Makassar 2018 membuktikan bahwa kotak kosong bukanlah sekadar formalitas, melainkan alat perlawanan terakhir bagi masyarakat yang sadar, cerdas, dan berani melawan keangkuhan.
Di era keterbukaan informasi, di mana masyarakat semakin kritis, gerakan melawan arogansi melalui kotak kosong bukanlah sesuatu yang mustahil. Ini menjadi pengingat bagi semua pihak, bahwa kesombongan dalam politik bisa berujung pada kekalahan yang paling memalukan—kekalahan dari kotak kosong. Peristiwa ini seharusnya menjadi refleksi bagi para calon pemimpin, bahwa rakyat yang cerdas dan berdaya tidak akan tinggal diam menghadapi kesewenang-wenangan.”Ambin Demokrasi,oleh Noorhalis Majid (Team)