Gresik,peloporkrimsus.com – Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi jenis pertalite untuk masyarakat Pulau Bawean tercampur solar. Hal ini membuat geger warga Bawean, pasalnya motor yang telah diisi pertalite tersebut mogok. Parahnya lagi, BBM Bersubsidi tersebut banyak dikuasai oleh pihak pengusaha alias pengecer bukan dijual di POM sesuai aturan pemerintah.
Dari hasil informasi yang berhasil dihimpun awak media, bahwa pada Rabu 8 Oktober 2025 telah dibongkar muatan BBM jenis pertalite dari MT. Ferimas Sentosa di Pelabuhan Bawean.
Diketahui Realisasi Loading BBM APMS Supply Point IT Tg. Wangi (Jalur Pulau Bawean – Masalembu), tanggal 30 Oktober 2025 dengan MT. Ferimas Sentosa. BBM Bersubsidi untuk Pulau Bawean didistribusikan ke APMS 01 (56.611.01) Pertalite 24 KL, dan SPBU Kompak 39 (56.611.39) Pertalite 32 KL, Bio Solar 32 KL. Selain ini, sebelumnya telah mendistribusikan ke Pulau Masalembu sebelum ke Pulau Bawean.

Setelah bongkar muatan dari MT. Ferimas Sentosa, BBM jenis pertalite tersebut, oleh pihak pengelola pangkalan (POM) salurkan ke beberapa pihak agen dengan menggunakan drum-drum untuk pengecer yang tersebar di dua kecamatan, Sangkapura dan Tambak yang ada di pulau Bawean. Pertalite tercampur solar
baru diketahui setelah dibeli oleh pengendara sepeda motor.
Salah satu korban, Ruham (35) asal dusun Pateken Timur desa Kotakusuma kecamatan Sangkapura, mengungkapkan pada Kamis siang (9/10) membeli pertalite 2 liter Rp 26 ribu di salah satu toko dipinggir jalan di wilayah desa Telukjatidawang kecamatan Tambak, saat ikut rombongan mengantarkan pengantin ke telukkemor. Sesampainya di rumah motornya tiba-tiba mogok dan susah untuk dihidupkan kembali. Setelah dibongkar dan dicek, ternyata pertalite yang dibeli bercampur dengan solar, Jum’at (10/10/2025).

“Motor Honda Vario milik Ruham terpaksa dibongkar dan diperbaiki sendiri, dengan mengguras pertalite didalam tangki dan menggantinya dengan pertalite yang baru. Namun saat motor dicoba dihidupkan tetap saja tidak mau hidup, dan terpaksa mengganti beberapa komponen motor diantaranya, saringan bahan bakar dan injektor. Setelah itu motor dihidupkan kembali, namun saat ditarik pedal gas terdengar suara yang tersendat-sendat,” tegasnya.
Ruham meminta kepada pemerintah, khususnya Pertamina untuk tidak mengirimkan pertalite yang tidak layak ke Pulau Bawean.
Atas kejadian ini, awak media melalui telepon selulernya menghubungi salah satu Agen (APMS 01), H. Abu Bakar membenarkan adanya dugaan pencampuran antara pertalite dan solar. Ia menegaskan, pertalite tercampur solar itu tidak dilakukan oleh pihak penerima atau penjual BBM di pulau Bawean, melainkan kemungkinan terjadi saat proses pengiriman dari kapal ke mobil tangki. Pihaknya sudah menarik semua pertalite yang sudah tersebar, dan melaporkan prihal ini ke pihak Pertamina.
Selanjutnya, Afif agen dari pihak SPBU 39K, telah mengimbau kepada para agen untuk tidak mendistribusikan BBM jenis Pertalite yang baru datang tersebut. “Bagi yang sudah terlanjur didistribusikan untuk mohon segera ditarik kembali,” tegas Afif.
Di tempat terpisah kapten MT. Ferimas Sentosa saat dimintai konfirmasi dan klarifikasi terkait Pertalite yang baru datang tercampur solar, Ahmad Ainurrahman (43) menuturkan bahwa pihaknya juga baru mengetahui setelah proses bongkar muatan dilakukan. Itupun dikasih tahu oleh salah satu pengelola POM, yakni dari pihak APMS 01. Kemungkinan pertalite yang tercampur dengan solar itu sisa-sisa dari selang yang digunakan sebelumnya di Masalembu.
Ia menepis jika ada kebocoran di tangki penyimpanan yang ada di kapal, karena tempat pertalite dengan solar terpisah.
“Sejak tahun 2015 hingga saat ini, dirinya mengangkut BBM bersubsidi ke pulau Bawean tidak pernah ada masalah seperti ini. Sebelum ke Pulau Bawean, terlebih dulu ke pulau Masalembu dan tidak ada masalah,” katanya
Rahman panggilan akrabnya kapten MT. Ferimas Sentosa menambahkan, atas kejadian ini pihaknya terpaksa menyisir ke beberapa tempat untuk memastikan seberapa banyak pertalite yang tercampur dengan solar.
“Kemungkinan pertalite yang tercampur solar itu sedikit dari sisa-sisa didalam selang. Atas kejadian ini dirinya juga merasa kebingungan, kenapa pertalite sebanyak 56 KL atau 7 tangki bisa diklaim tercampur dengan solar,” ujarnya. (FR)