Home Berita Cerita Pilu Santriwati di Pulau Bawean Akibat Kiai Cabul, Berujung Berhenti Mondok.

Cerita Pilu Santriwati di Pulau Bawean Akibat Kiai Cabul, Berujung Berhenti Mondok.

1851
0

Gresik,peloporkrimsus.com– Salah seorang santri putri yang pernah mondok di Ponpes Tahfidz Hidayatul Qur’an As-Syafi’i Dusun Kalimalang, Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean terpaksa harus berhenti mondok lantaran tak kuat kerap mendapat perlakuan tak senonoh oleh sang kiai pengasuhnya.

Sebut saja namanya Mawar (nama samaran), saat ini ia sudah duduk di bangku sekolah Kelas 11Madrasah Aliyah (MA) dan sudah satu tahun setengah menimbah ilmu di ponpes tersebut untuk menghafal Al-Qur’an.

Mawar bercerita, sejak awal nyantri di ponpes tersebut sudah sering mendengar cerita-cerita tak wajar dari teman-temannya tentang sepak terjang sang Kiai pengasuhnya. Namun dirinya tak percaya begitu saja karena sejak tiga bulan pertama mondok tidak pernah diperlakukan tak wajar oleh pengasuh yang berinisial NS yang kini sudah ditetapkan menjadi tersangka dan ditahan di Rutan Mapolres Gresik.

Baru setelah tiga bulan lebih nyantri disana, dirinya mendapat giliran dipanggil pertama kalinya oleh NS untuk memijatnya, tepatnya di kamar atas rumahnya.

Alangkah terkejutnya Mawar, manakala sang Kiai yang seharusnya menjadi teladan santrinya, malah memerintah Mawar untuk memijat kemaluannya, dan mencoba meraba dan menciumnya.

“Setelah tiga bulan mondok disana baru saya mendapat giliran pertama kali untuk memijat kiai, saya disuruh memegang kemaluannya, tapi tidak mau, tangan saya dipegang kuat sekali, “cerita Mawar kepada salah satu awak media di Pulau Bawean, Kamis (23/12/2023).

Kala itu, sekuat tenaga Mawar meronta dan bisa melepaskan pegangan kiainya, iapun langsung berhambur keluar kamar yang sengaja dikunci oleh NS, beruntung posisi kunci masih tergantung di pintu kamar.

Sejak saat itu, Mawar trauma selalu dihantui rasa takut akan dipanggil untuk dicabuli dengan modus diminta memijat kiainya lagi.

Tak berhenti disitu, kejadian serupa selalu dialami Mawar, dengan alasan yang sama lagi-lagi untuk memijat sang Kiai. Mawar selalu saja meronta, menolak dan hanya bisa menangis.

“Semua teman-teman di pondok tidak ada yang tenang takut dipanggil Kiai, kecuali kalau kiai layar, teman-teman di Pondok baru bisa tenang, “imbuhnya.

Akhirnya Mawar tak kuat lagi oleh perlakuan tak senonoh sang Kiai, kala itu Mawar dipaksa bahkan ditampar dan dipukul hingga lebam lantaran menolak perintah kiainya.

Kemudian Mawar meminta ibunya supaya segera menjemputnya ke Pondok.

“Saya selalu menolak dan menangis, kata kiai, kalau menolak perintah kiainya tidak akan selamat dunia akhirat dan semoga menjadi pelacur dimana-mana”, pungkas Mawar.
(FR/ABR).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here