Home Berita Terkuak, Rehabilitasi Rumah Tinggal Sederhana Tahan Gempa Melalui Aplikator Diduga Asal Jadi...

Terkuak, Rehabilitasi Rumah Tinggal Sederhana Tahan Gempa Melalui Aplikator Diduga Asal Jadi di Pulau Bawean.

709
0

Gresik,peloporkrimsus.com – Gempa bumi yang melanda pulau Bawean pada 22 Maret 2024 hingga kini masih menorehkan cerita pilu, khususnya bagi penerima bantuan perbaikan rumah. Miris sekali, perbaikan rumah untuk warga terdampak yang dikerjakan melalui aplikator asal Cianjur terkesan asal jadi dan diduga tidak sesuai spesifikasi rumah tahan gempa.

Dari hasil pantauan awak media di lokasi Dusun Raba, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ada lima (5) warga yang rumahnya kategori rusak berat dan dikerjakan melalui aplikator, diantaranya; Lumri (33), Asmo’i (63), Ridbi (70), Maymah (65), Amru (60).
Salah satunya, rumah Lumri yang memprihatinkan.

Lumri mengungkapkan, saat pertemuan di Balai Desa Lebak dirinya meminta untuk perbaikan rumah dikerjakan secara mandiri, namun karena diminta uang jaminan sebesar Rp 30 juta oleh pihak yang diketahui dari daratan Jawa, akhirnya terpaksa untuk perbaikan rumah memilih dikerjakan melalui aplikator.

Pasalnya, boro-boro uang Rp 30 juta, buat keperluan rumah saja sehari-harinya masih harus banting tulang. Apalagi kena musibah, ucapnya.

Lumri mengeluh melihat rumahnya yang belum rampung hingga kini. Karena pondasi telah dibangun pada puasa bulan Maret 2025, namun bulan April baru dikerjakan kembali, itupun hanya berdiri 9 tiang palt besi sebagai penyangga atap tanpa adanya tembok.

Kecewaan ini kian memuncak, karena bantuan untuk kategori kerusakan berat sebesar Rp 60 juta dari pemerintah sudah cair pada bulan Februari 2025. Saya kira rumah yang dikerjakan melalui aplikator bisa secepatnya selesai dan siap dihuni bersama keluarga, ternyata sampai saat ini belum kunjung rampung. Sedangkan dari paska gempa hingga saat ini, kami sekeluarga sebanyak 6 orang menempati rumah hunian sementara bantuan dari relawan PMI, ungkap Lumri, Jum’at (16/5/2025).

Lumri menambahkan, kontruksi rumah terlihat pondasi tidak ada cakar ayam. Seperti halnya rumah yang separuh jadi milik mertuanya yang berada ditepi pantai yang masih satu dusun. Berbeda jauh dengan rumah yang sudah dibangun melalui aplikator yang berada di Dusun Prapatunggal, Desa Dekatagung. Jika ada gempa susulan dikuatirkan mudah roboh, karena tidak ada kekuatan. Sedangkan di Dusun Raba titik yang rawan jika ada gempa.

Selanjutnya, Asmo’i mengungkap bahwa rumahnya dikerjakan juga melalui aplikator. Pekerjaan dimulai bulan puasa hingga saat ini belum juga rampung.

“Tembok rumah samping bagian luar masih belum diplester, dan kamar mandi belum ada. Plesteran dinding bagian dalam juga dianggap terlalu tipis sehingga bata ringan sedikit terlihat. Selain itu, lantai rumah belum ada yang di semen. Parahnya lagi, spandek galvalum yang digunakan sebagai atap rumah dirasa terlalu tipis dan sudah ada yang sobek, sehingga saat turun hujan rumah yang belum ditempati ini sudah bocor,” katanya.

Ia meminta kepada pemerintah untuk turun tangan, karena saat pekerjaan tidak ada pihak terkait yang mengawasi.

Ditempat terpisah, Zulfikar mengungkapkan kekecewaannya kepada awak media terhadap lamanya proses sisa pencairan untuk pekerjaan rumah yang dilaksanakan secara mandiri. Bantuan rehabilitasi rumah kategori rusak berat sebesar Rp 60 juta hanya dicairkan diawal melalui Bank Mandiri ke nomor rekeningnya sebesar Rp 24 juta. Sedangkan saat pelaksanaan pencairan awal telah dijelaskan oleh pihak dari DCKPKP Kabupaten Gresik setelah 10 hari kemudian akan dicairkan kembali, namun faktanya sampai saat ini belum ada.

Akibat lambatnya pencairan sisa uang bantuan tersebut, kini pekerjaan perbaikan rumahnya terpaksa harus dihentikan, karena tidak bisa bayar ongkos tukang dan beli keperluan material lainnya, ujar Zulfikar.

Senada dengan Rasidi warga Dusun Pajinggahan, Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Bawean yang mengeluhkan lambatnya pencairan sisa uang bantuan gempa untuk perbaikan rumah rusak berat yang dikerjakan secara mandiri.

Ia beranggapan uang bantuan yang sudah diberikan pemerintah pusat ke pihak Bank, kok penyaluran seperti dicicil. Sedangkan kami warga terdampak harus secepatnya memiliki rumah yang layak, harapannya. (FR)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here