Tanah bumbu, peloporkrimsus.com – Datu Pamulutan adalah gelar yang diberikan kepada seorang Walliullah.asal Martapura kabupaten Banjar. Nama sebenarnya adalah MUHAMMAD TAHER namun nama inipun adalah nama samarannya dalam menjalankan tugas sebagai Sultan kerajan Banjar untuk Menyebarkan Agama Islam
Perlu di ketahui Nama asli Datu Pemulutan adalah Sultan Hamidinsyah yang bermakam di pulau Datu Batakan Tanjung dewa disatu pulau yang sekarang di kenal masyarakat dengan Nama pulau Datu Batakan
Sultan Hamidinsyah Beliau juga mempunyai seorang adik yang juga seorang pejuang bernama asli Sultan Ribuansyah
Dalam melaksanakan tugasnya dari pihak kerajaan Banjar dalam penyebaran Agama Islam di Daerah Batakan Tanjung Dewa, sementara pihak ada yang mengatakan, muridnya itü adalah orang Tanjung Dewa Batakan beliau menjadi murid Datu Parmulutan sewaktu Datu Pamulutan melaksanakan tugas keagamaannya di daerah Tanjung Dewa.
Dalam pengembaraannya, Datu Pamulutan dengan adiknya yaitu Sultan Ribuansyah, masing-masing menempuh jalan sendiri-sendirj yaitu :
•Sultan Hamidiansyah atau Muhammad Taher kearah timur, sedang, Sultan Ribuansyah dalam dakwahnya menempuh arah barat. sedangkan murid dari Sultan Syeh Muhammad Taher yang berasal dari Batakan Tanjung Dewa sendiri nama aslinya adalah BAMASYARA, sebab nama Haji syamsuddin adalah nama samaran beliau dalam membantu Datu Pamulutan menjalankan tugas Dakwahnya dalam penyebaran Agama Islam
Diketahui dalam Riwayat Sultan Hamidinsyah dengan gelar Datu Pamulutan selama hidupnya berjuang menyebarkan Agama Islam.Namun sebagai seorang wali beliau mempunyai jiwa Patriotłsme dan Heroisme karena itu beliau juga seorang pejuang yang ikut membantu memerangai dan mengusir penjajah portugis
Dari semua kegiatan Sultan yang patut dicatat ada!ah, beliau bisa membagi waktu sekaligus juga kadang bersamaan, antara mengajar dan menyebarkan agama Islam pada masyarakat, juga mengkoordinir masyarakat dalam taktik perang melawan penjajah, yang waktu itu ingin mendarat melalui muara di pantai Tanjung Dewa Batakan dan sekitarnya, namun juga dalam merealisir hobby-nya memulut burung -burung di daerah Batakan Tanjung Dewa.
Apalagi kalau melihat, Sultan Hamidinsyah tinggalnya di Martapura, sedang bertugas perjuangan berdakwah sambil memulut burung di daerah Tanjung Dewa, maka tentu beliau bukanlah orang sembarangan, Hal ini terlihat; dari perjalanan yang beliau tempuh, sekitar kurang lebih 86 KM, beliau berjalan kaki, dan dilakukan beliau setiap hari. Dari. hobynya itulah yang melahirkan gelar atau julukan Datu Pemulutan.
Dalam Perjuangannya melawan penjajah Portugis, beliau banyak mempunyai anak buah, yang waktu itu Portugis sudah sempat memasuki dan menduduki Kota Bandarmasih.
Anak buahnya itu antara Iain :
- Patih MULUR dan Patih MATIS : Keduanya bertugas di daerah Ujung Pulau Pinang
- Datu SALIWAH : Datu ini bertugas di daerah TABANIO, Datu yang satu ini mempunyai ciri tersendiri, yakni beliau mempunyai muka yang hilang sebelah.
- Pangeran PENYAPU RANTAU dan Patih SUMPIT Keduanya berugas di daerah GUNUNG DAHWA.
- Panglima DUMALIK Beliau bertugas di daerah Kandangan Lama, serta mempunyai kesaktian pada senjatanya yang bernarna parang jarum. Karena parangnya.terbuat,dari sekarung jarum.
- patih singa: Beliau bertugas di daerah Tanjung Selatan.
- Patih Ardjan : Beliau bertugas di daerah perbatasan dengan daerah Sabuhur dan Pulau Sirang
Kalau dilihat, betapa repotnya seorang yang tinggal di Martapura tepatnya beliau dilahirkan di desa Barang banyu Mangapan mampu setiap hari menyebarkan agama Islam, mengomando dan mengkoordinir perjuangan melawan penjajah masih mampu menyalurkan hobynya memulut burung, itulah seorang wali karenanya, murid setianya selalu mengikuti kemana beliau melaksanakan tugasnya, apalagi daerah Tanjung Dewa adalah merupakan daerah pesisir laut
Hal-hal menonjol yang perlu kita teladani adalah adalah masalah menegakan yang Hak dalam beragama saat itu benar-benar dilaksanakan antara yang haram dan yang halal, antara yang suci dan yang nazis.
Hal ini terlihat dari fanatiknya/tidak senangnya Sultan Hamidinsyah terhadap kaum penjajah yang mengsengsarakan Rakyat , maka Sultan mengobarkan perjuangan untuk memerangi dan mengusir penjajah sampai akhir hayatnya
Sebelumnya wafat Sultan sudah sempat berpesan kepada muridnya H. Syamsuddin yang alim lagi waro dan tertanam keduanya saling berkasih sayang maupun juga kepada masyarakat Tanjung Dewa Batakan
Diketahui Murid Sultan Hamidinsyah /datu Pemulutan yang mendapat didikan khusus dari Sultan sehingga menjadi lah seorang yang alim lagi waro dan tertanam antara keduanya saling berkasih sayang, sebagai seorang murid yang alim dengan Gurunya
Maka tatkalla Sultan Hamidinsyah hampir wafat,sampai ia berwasiat kepada murid -murid dan anak cucunya untuk hidup rukun, kerjakan apa yang di perintahkan Allah dan jauhi apa yang dilarangnya dan lanjutkan berjuang untuk mengusir penjajah , sebarkan Dakwah Agama Islam keseluruh pelosok negeri dan wasiat terakhir apabila kelak belaiu dipanggil Oleh Allah Yang Maha Esa, agar dikuburkan di desa Tanjung Dewa Batakan Selesai beliau berpesan, beliau langsung memberikan batas tanah yang dicadangkan untuk makan menguburnya, bila kelak sudah rneninggal. Beliau memberikan atau menggaris tanah dimasksud dengan ibu jari kakinya.
Kenapa hal itu dilakukan beliau ?
Karena kefanatikan beliau terhadap kesucian tanah yang akan mengubur jasad beliau nanti, agar tidak tercemar atau ternodai oleh-hal-hal yang tidak suci, misalnya dilewati atau dikencingi Oleh anjing dan babi semacamnya, apalagi sampai diinjak Oleh kaum penjajah. Dan dari sinilah ada terjadi keajaiban yang menakjubkan bagi yang mengalami keajaiban tersebut, betapa tidak, tanah yang digaris dengan ibu jari kaki Sultan Hamidinsyah/ Datu Pamulutan, lambat laun tergerus ombak laut menjadi selat laut yang terpisah dari daratan tanjung dewa kemudian berubah menjadi pulau tersendiri di situlah makam Sultan Habidinsyah /Datu pemutan dan muridnya H. Syamsuddin dan sampai sekarang menjadi pulau tersendiri dan disebut pula dengan pulau Datu
Sulatan Hamidinsyah wafat dan dimakamkan di pulau Datu pada tahun 171 M. sendang Haji Syamsuddin, muridnya menyusul
kemudian delapan tahun kemudian, yakni pada tahun 1725 M. Seputar wafatnya Datu pamulutan, sebetulnya beliau wafatnya di desa tempat tinggalnya Martapura Namun karena beliau sudah berpesan bahwa apabila kelak beliau meninggal nanti agar supaya dimakamkan di Tanjung Dewa, untuk itu jenazah beliau di bawa ke Tanjung Dewa, karena jalan darat belum ada, maka diantarkan melalu jaran sungai dan pesisir laut (pantai).
Namun, disinilah pula terjadi keajaiban dari kekuasaan Allah SWT Betapa tidak, sebab perahu atau lebih tepat disebut SAMPAN yang dipergunakan untuk mengantar jenazah beliau sangatlah kecil dan bukanlah sampan yang layak dipergunakan. Karena disamping perahunya kecil, juga dalam keadaan bocor, sehingga semua orang tidak akan percara kalau sampan tersebut mampu dipergunakan mengantar jenazah, yang mana jaraknya relatif cukup jauh. Nyatanya dengan ridho Allah SWT kekuatiran pengantar jenazah
Hilang dan mereka selamat sampai di Tanjung Dewa Batakan untuk mengantarkan jenazah ke pulau Yang sekarang bernama pulau Datu
Delapan tahun kemudian tepatnya tahun 1825, muridnya yang bernama Haji Syamsuddin atau Bamasyara menyul dan dimakamkan disebelahnya. Sampai saat ini tanah yang menjadi makam beliau dan muridnya terpisah dari daratan deşa Tanjung Dewa yang berjarak sekitar 112 KM.
Dan Pulau Datu itü sendiri mempunyai luas .Bila air pasang, luasnya 5 hektar, Bila air surut 7 luasnya . Untuk bersandar kapal adaDermâga, walaupun masih sederhanaı sudah’ ada untuk berlabuh perahu-perahu para peziarah yang datang setiap waktu. Dan memang cukup banyak penziarah yang datang kesana sehingga diperlukan tempat yang memadai. Sementara ini pengelolaan masih dilakukan oleh pihak ahli waris maupun kerabat Haji Syamsuddin.
Makam keramat Datu Pamulutan bukan hanya merupakan makam keramat, melainkan juga sebagai objek wisata
Relegius. şebab disamping penziarah yang datang juga sekaligus berwisata kerena pulau datu pamandangan dan Pantai Batakan sangat menakjubkan ke indahannya
Para penziarah yang datang ada dari luar negeri seperti dari yaman hadral maut, malaysia ,dari pulau Jawa,sumatra ,sulawisi ,Madura dan masyarakat kalimantan dan sekitarnya yang mendoakan waliyullah Juga ada yang memanjatkan do’a untuk dirinya agar keinginannya dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan berkat waliyullah dan orang sholeh, Namun karena letaknya di areal wisata Pantai batakan, maka tidak jarang penziarah yang memanfaatkan waktunya dengan berziarahsambil berwisata. Kondisi tersebut memungkinkan masyarakat sekitar untuk memperoleh hasi! tambahan, disamping sebagai nelayan dan berdagang lainnya.
Dalam hal ini kepada pemerintah dihimbau untuk dapat turun tangan membantu melestarikan nilai-nilai budaya bangsa sekaligus meningkatkan sektor pariwisata.
Nara Sumber :
- H. GT. Kaderi
- H. Hasan (mantan Kepala Desa Batakan) (Team)