Bima, Peloporkrimsus.com – Pendidikan vokasi, seperti halnya program pendidikan tinggi lainnya, mempunyai misi mempersiapkan generasi siap kerja dan profesional. Dalam pendidikan vokasi terdapat dua bagian pendidikan, yakni pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi vokasi Pendidikan vokasi yang kini digaungkan pemerintah sedang fokus pada enam sektor industri, yakni manufaktur, agribisnis, pariwisata, kesehatan, pekerja migran dan ekonomi digital. Dewasa ini, pemerintah tengah memaksimalkan program revitalisasi pendidikan vokasi yang meliputi pengembangan sertifikasi kompetensi, penguatan kerja sama lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan dunia industri, penguatan kewirausahaan, dan penuntasan peta jalan revitalisasi pendidikan vokasi di provinsi.
Namun demikian, cerita ini masih dalam tataran harapan yang belum mampu direalisasikan secara nyata karena pendidikan model ini masih menghadapi masalah-masalah serius. Diantaranya ialah : Masalah tenaga Guru Vokasi Bahwa mencari guru vokasi itu tidak semudah mencari guru biasa. Pasalnya, beberapa guru yang dibutuhkan tidak sesuai dengan jurusan di vokasi.
Hanya jurusan keguruan matematika yang stocknya banyak, tapi kalau kelautan, IT, industri kreatif itu menjadi masalah di kampus Vokasi terutama di daerah-daerah Masalah Infrastruktur Vokasi Masih banyak pendidikan vokasi yang menghadapi kendala tentang infrastruktur dan masalah kurikulum adalah fakta yang memilukan kita, ketiadaan laboratorium, bengkel percobaan, dan alat teknologi penunjang Vokasi yang semestinya tersedia, nyatanya belum memadai.
Pendidikan vokasi harusnya mengikuti potensi di daerah masing-masing. Misalnya, untuk SMK yang berada di wilayah pesisir dapat menyediakan pendidikan vokasi yang bisa mendukung kebutuhan industri perikanan, Kampus Vokasi yang berada di wilayah pertanian, tentu harus mempunyai sarana pengolahan hasil tani dan pemanfaatan potensi seperti daun jagung yang bisa dikelola menjadi bernilai ekonomis.
Dengan begitu para lulusannya bisa mendukung berkembangnya industri unggulan di daerah masing-masing Masalah minat dan peluang kerja lulusan Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan Vokasi itu merupakan langkah strategis utk memberi ruang bagi generasi kita dalam menyiapkan skill sebagai suatu kecakapan hidup menghadapi tantangan zaman yang semakin rumit.
Namun demikian, peluang ini tidak serta merta membuat tinggi minat generasi kita untuk memasuki pendidikan vokasi, salah satu pemicunya adalah lulusan yang kurang terpakai oleh dunia kerja, dunia usaha, dan dunia industri (DUDI) sebagai akibat dari kompetensi keterampilan lulusan yg di bawah standar DUDI, tidak terjadinya link and match lulusan yg seringkali tidak sesuai dgn kebutuhan lingkungan sekitar, kurangnya peran serta pengelola dgn pengusaha dalam membangun kerjasama, kurangnya kampanye keunggulan Pendidikan Vokasi di masyarakat serta stakeholder, dan sebagainya sehingga lulusan ini kurang diminati Beberapa masalah yang diungkap di atas, tentu membutuhkan strategi sebagai jalan solusi atas problem akut yang melingkupi Pendidikan Vokasi kita, strategi yang dapat dilakukan adalah membangun “kampung industri vokasi”.
Untuk mengidealkan kampus Vokasi, tentu pemerintah (Kabupaten Bima) perlu mengembangkan kampung vokasi. Dimana pendidikan Vokasi di SMK harus dikembangkan dan dilanjutkan pada Pendidikan vokasi perguruan tinggi dengan menjadikan keunikan dan keunggulan lokal sebagai basis kompetensi untuk menggagas kampung kuliner, kerajinan, kampung kesenian, kampung teknologi, dan sebagainya, yang dikelola sesuai dengan manajemen kultur “Mbojo”.
Di kampung-kampung ini, pemerintah dituntut untuk mengembangkan dan menjadikannya sebagai basis industri rumahan (home industy) yang menghasilkan produk unggulan lokal yang dibutuhkan pasar. (MUCH)