SIDOARJO, PH-Krimsus : Tercorengnya Citra Kepolisian kembali terjadi,namun kali ini sangat disayangkan terjadi akibat sikap arogansi seorang Kapolsek Kota Sidoarjo Kompol.Rochsulullah.Pasalnya kinerja kepolsian terkait penanganan kasus celana dalam pemandu wanita (purel) didalam room karaoke. Hingga viral dikonsumsi publik, dinilai kurang memberi kenyamanan warga kota Sidoarjo khususnya.
Kurangnya respon dan dianggap terlalu dekat dengan pengusaha hiburan malam, yang tidak luput dari minuman beralkohol dan wanita. Membuat praktisi hukum I Wayan Titip Sulaksana S.H.,M.S. angkat bicara. Kepada wartawan,Wayan yang sering disebut praktisi hukum ini mengkeritisi kinerja pelayanan masyarakat khususnya kepolisian agar lebih bagus dalam pelayanan terhadap masyarakat.
“Pengusaha semua hiburan, pastinya dekat dengan pejabat polisi, jaksa, hakim dan juga pejabat pemerintah, itu semua hanya dibuat agar jika ada apa-apa bisa dipermudah,” ujar Wayan pada Minggu, (17/12).
Media adalah sarana yang mewakili masyarakat, pihaknya diharap agar segera menindak tempat-tempat yang disinyalir adanya dugaan-dugaan tindakan asusila. Menurutnya, media sebagai kontrol sosial yang disiarkan untuk publik dan kepentingan masyarakat guna mengetahui kinerja pejabatnya, bukan sebagai musuh atau mala petaka.
Wayan Titip Sulaksana S.H.,M.S.”Jika pejabatnya tidak mau dikeritik jangan jadi Kapolsek. Media itu mewakili masyarakat, sangat disesalkan jika tindakan Kapolsek seperti itu sama wartawan dilapangan, langsung saja minta sama Kapolda Jatim untuk mengganti Kapolseknya, kepada pejabat baru yang benar-benar bekerja,humanis dan lebih bermasyarakat, ” cetusnya Minggu (17/12).
Disoal terkait pengalihan pertanyaan tanggung jawab atas tindakan dan penanganan perihal kejadian dikaraoke X2 dan D’Tops kepada Kanit Reskrim. Kapolsek ini juga dikritisi keras oleh Wayan Titip Sulaksana, dirinya menututurkan kepada wartawan.
“Polisi itu kan sistemnya komando, pemegang tongkat komando adalah Kompol. Rochsulullah sebagai Kapolsek. Jelas dan jangan salahkan kanitnya jika mengarahkan ke komandannya. Salah memang, jika kanit nya memberikan komentar kepada awak media tanpa seijin komandannya,” pungkas praktisi hukum tersebut.
Masih kata praktisi hukum, setidaknya dari humas Polsek atau dari Polres sendiri yang memberi komentar kepada awak media,terang Wayan.
“Ini kan tanggung jawabnya kepolisian, tugasnya polisi itu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, Itu kan terjadi diwilayah hukumnya dia. Masak harus pihak Militer yang turun dan memberi komentar terkait karaoke X2,” dan D’Tops,tegasnya.
Diketahui meski kejadian ini viral diberitakan di media sampai hari ini pihak kepolisian Polsek Kota dan Polresta Sidoarjo belum juga menindak para pelaku usaha yang disinyalir dan diduga sebagai penyedia tempat-tempat yang mudah untuk berbuat asusila. Hingga terkesan tertutup dan belum berani mengeluarkan pernyataan kepada awak media terkait pemberitaan celana dalam di sejumlah room di X2 dan D’Tops karaoke dikawasan Ruko Taman Pinang Sidoarjo Jawa Timur tersebut.
“Mengetahui Kapolsek kurang humanis terhadap masyarakat dan tertutup dalam memberi informasi terhadap publik,”
”Lantas,apa tindakan Kapolda Jatim terhap Kapolsek Kompol Rochsulullah!!!
Sementara, Ade yang merupakan wartawan Berita Rakyat kepada Media Amunisi Senin (18/12) mengatakan, “saya heran dan menyayangkan ketika saya hendak konfirmasi ke Kapolsek,eh kok malah sikap arogansi Kapolsek menimpa saya. Saya diarahkan ke kanitnya reskrim namun kanit reskrim mengarahkan kembali ke kapolsek. Saya juga bingung malah kapolsek naik pitam dan marah-marah dan saya merasa dipimpong.Saya hanya berharap kejadian serupa tidak terjadi ke rekan wartawan yang lain ketika hendak konfirmasi seperti yang menimpa saya,ujar Ade yang akrab di panggil Abdi Tuhan ini.tim.