Home Berita Korban Pencabulan Oleh Tersangka NS di Pulau Bawean Mulai Angkat Bicara.

Korban Pencabulan Oleh Tersangka NS di Pulau Bawean Mulai Angkat Bicara.

1232
0

Gresik,peloporkrimsus.com– Korban pencabulan yang dilakukan oleh oknum kiai NS di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik terus bermunculan dan mulai berani angkat bicara. Terbaru, korban anggap saja Bunga di Wilayah Kecamatan Tambak, Pulau Bawean yang merupakan mantan santri di Ponpes Tahfidz Hidayatul Qur’an As Syafi’i mulai angkat bicara pada awak media.

Santriwati itu mengaku mengalami trauma hingga menderita sakit stroke ringan karena depresi. Bunga bahkan tidak mau kembali ke pesantren, setelah mengalami tindakan tak senonoh dari pelaku NS.

Kini, Bunga berusia 16 tahun itu fokus pada penyembuhan sakit yang diderita. Sejak 17 hari keluar dari pondok, Bunga mengalami sakit kepala hingga menjalar sakit di bagian tangan dan kaki kirinya. Dokter memvonisnya stroke ringan karena depresi.

Bunga nama samaran (korban) sendiri termasuk gadis yang rajin. Ia bahkan telah menghafal 4 juz Al-Quran. Kini cita-citanya sejak kecil sebagai penghafal Al-Quran terancam sirna. Trauma atas kasus yang dialami masih menghantui pikirannya. Bahkan terngiang dengan ucapan pelaku saat dirinya menolak perintah NS.

Lanjut Bunga mengungkapkan, memang NS ini sering menyuruh pijat santriwati siang atau malam hari diluar jam pelajaran. Biasanya di ruang kamar bu Nyai lantai 2. Kadang juga di rumah lantai dasar. Karena memang rumah Kiai hanya disekat Musholla dengan asrama putri, Kamis (28/12/2023).

“Jumlah santriwati yang mondok ada sebanyak 38 anak. Tidak semua santri menjadi korban pelecehan seksual. Hanya santriwati yang berparas cantik saja mendapatkan perlakuan buruk dari pelaku. Kalau santri yang wajahnya biasa saja, biasanya ditugaskan menjadi petugas sampah pondok,” ujarnya lirih.

Modus pelaku sendiri dalam melancarkan aksinya adalah, dengan meminta para santrinya untuk memijat. Biasanya, kata Bunga, ada tiga sampai lima santri untuk dimintai memijat pelaku. Namun ada juga satu santri yang diminta secara khusus memijat, sampai ada paksaan melakukan ciuman hingga memijat alat vital pelaku.

“Setelah satu bulan mondok disana, sudah dapat giliran pijat Kiai. Dengan dalih kalau tidak mau, kamu tidak taat sama Kiainya. Kamu tidak akan selamat dunia akhirat,” jelasnya sambil menahan isak tangis.

Santri yang sudah mondok sekitar dua tahun lebih itu, mengaku trauma dan sangat takut. Dan tidak kuat atas tindakan NS. Hingga akhirnya terpaksa keluar dan berhenti mondok. Ia pun masih terbayang dengan kalimat Kiainya NS yang kini sudah menjadi tersangka.(FR)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here