Home Berita PARTISIPASI POLITIK RAKYAT DAN PILKADA KOTA BIMA.

PARTISIPASI POLITIK RAKYAT DAN PILKADA KOTA BIMA.

777
0

Bima, PH-Krimsus : Politik yang ditampilkan di ruang publik seperti Pilkada Kota Bima bisa membingungkan orang awam, bisa menumbuhkan ruang dialektika persepsi tak berujung bagi yg setengah matang. Tapi bagi yang analisa tinggi dengan mudah menyimpulkan hasil akhir dengan membaca fenomena-fenomena sebagai variabel penilaian.

HML-FS adalah pasangan yang syarat dengan fenomena, berhasil merangkul partai pengusung secara mayoritas tapi juga tdk sukses ful mengunci kandidat lain untuk tidak mendapatkan parpol pengusung. Artinya, mekanisme kerja politik yang digagas oleh HML-FS membuka pintu ancaman yang tidak ringan yang potensial menghambat kerja konsolidasi merapikan raihan suara diakar rumput. Sisi lain, model kerja politik yang dirancang pasangan HML-FS memakan biaya tinggi dengan asumsi parpol pengusung memprasyaratkan mahar.

Fenomena H.MAN-FERRA AMELIA mencerminkan peristiwa politik yang ‘fenomenal’. Mereka di sokong oleh parpol yang jumlahnya jauh lebih kecil dr jumlah parpol yg mengusung HML-FS. Saat yang sama, H.MAN-FERA AMELIA di ruang publik dihantam dgn isu banjir & isu dinasti, ternyata dua isu ini tdk relevan mematikan langkah dan kiprah konsolidasi politik mereka.

Kondisi ini terjadi karena pasangan HML-FS yg terlanjur dideklarasikan sebagai simbol kekuatan politik baru tidak sepadan dengan kerja politik yang bisa mengubah dan memindahkan arus keberpihakan mayoritas. Situasi ini secara politik memudahkan peta konsolidasi dan pilihan-pilihan isu yang mengakar di bathin publik bagi kandidat lain seperti H.MAN-FERA AMELIA maupun kandidat yg bakal maju dijalur independen

H. Qurais yang punya kecakapan kerja politik di arus bawah-masa pemilih dengan jaringan terbuka dan tertutup yg dimiliki secara terang benerang berpihak ke pasangan H. MAN-FERA AMELIA dan mudah sekali dibaca dgn kerelaan H. Qurais menyerahkan partai demokrat!
Lantas, Umi Fera rela berada pada urutan ke dua padahal dlm pilkada kota yg lalu beliau unggul meraih suara yg tdk terlalu jauh dgn perolehan suara yang memenangkan H. Qurais.

Hemat saya, ada peran politik yang tidak nampak menggalang komunikasi dgn H. Qurais hingga mereka punya kalkulasi dan kesimpulan menang sebelum perhitungan suara pada pilkada kota pertengahan tahun 2018 yg akan datang. IDP berdasarkan garis partai menjadi JURKAM HML-FS, lalu dinilai sebagai keretakan dgn Umi Fera? Sungguh satu kekeliruan kesimpulan! IDP wajib taat atas perintah partai tetapi ketaatan itu bukan tanda keretakan dgn Umi fera, ajaran istana, biarkan diluar pecah tetapi selalu solid dari dalam. Itu adabnya! Jadi, titik temu H. QURAIS dgn IDP sebuah tanda kedikdayaan kelanjutan konsolidasi kekuasaan masa datang. Simpel sekali membacanya. (MUCH).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here